Selasa, 25 Maret 2014

Kebudayaan Sebagai Isi Pendidikan



FILSAFAT PENDIDIKAN
Kebudayaan sebagai Isi Pendidikan

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu: Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd

Oleh:
1.      Rini Triasningsih                    1401411510
2.      Wahyu Dwi Prastuti              1401411535
3.      Etika Rahmawati                   1401411538
4.      Siti Nur Azizah                      1401411554
5.      Mulia Safitri Yundari             1401411584
6.      Singgih Mahendra                 1401411592


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan dan kebudayaan adalah dua kata saling berhubungan erat. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan entitas yang saling berkaitan. Pendidikan itu sendiri adalah kebudayaan. Karena pendidikan adalah karyanya manusia. Kegiatan pendidikan merupakan proses pembudayaan, artinya pendidikan membuat manusia menjadi berbudaya. Kebudayaan merupakan salah satu landasan bagi pendidikan, karena di dalamnya terkandung nilai nilai kehidupan dan menjadi pedoman hidup masyarakat dimana pendidikan itu berlangsung.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan kebudayaan, bahkan dalam perjalanan suatu kebudayaan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Melalui pendidikan, kepribadian seseorang itu dibentuk dan dikembangkan. Individu yang mendapat pendidikan merupakan kreator dan sekaligus sebagai manipulator dari kebudayaannya. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian.
Sebaliknya kebudayaan akan sangat diperlukan upaya pembentukan kepribdian. Kesenian misalnya, sebagai aspek kebudayaan, sangat besar peranannya dalam pengembangan kepribadian seseorang, dan karena itu sangat penting bagi pendidikan. Mengartikan kebudayaan dalam arti sempit, yaitu terbatas pada kesenian dan kepurbakalaan telah mereduksi kebudayaan hanya pada nilai nilai estetika. Dan ini berarti telah memperjarak hubungan atau telah cenderung. memisahkan antara pendidikan dengan kebudayaan. Gejala pemisahan kedua hal itu juga disebabkan karena nilai nilai kebudayaan dalam pendidikan terlalu dibatasi pada nilai nilai intelektual saja.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan ruang lingkup kebudayaan?
2.      Apa yang dimaksud dengan ilmu sebagai ilmu kebudayaan?
3.      Apa yang dimaksud dengan kurikulum?

C.       Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dan ruang lingkup kebudayaan.
2.      Mengetahui ilmu sebagai ilmu kebudayaan.
3.      Mengetahui tentang kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Ruang Lingkup Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya sendiri berasal dari bahasa sanksekerta "Budhayyah", bentuk jamak dari "Buddhi" yang berarti budi sebagaimana yang kita fahami dan akal. Kata budaya sendiri sepadan dengan kata culture dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa latin "Colere" yang berarti mengolah, mengerjakan atau bercocok tanam. Untuk memahami pengertian budaya, atau definisi budaya, terlebih dahulu kita mesti mampu membedakan budaya sebagai kata benda dan budaya sebagai kata kerja. Budaya islam, budaya Kristen budaya melayu, budaya minang, budaya jawa, dan sebagainya adalah budaya sebagai kata benda. Sedangkan budaya rajin membaca, budaya bersih, budaya displin hingga yang berkonotasi negatif semacam budaya korupsi dan sebagainya, adalah budaya sebagai kata kerja. Sebagian ahli membedakan antara pengertian budaya dengan kebudayaan. Budaya sering diartikan sebagai “konsep pemikiran”, sementara kebudayaan mencakup semua aspek, konsep pemikiran dan produknya.
Dr. Henry S. Lucas dalam buku “A Short History of Civila zation” menyatakan bahwa kebudayaan ialah suatu cara yang umum bagaimana manusia hidup, berpikir dan bertindak. Kebudayaan meliputi (1) suatu penyesuaian umum terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi ataukepada lingkungaan geografis, (2) organisasi yang lazim dibentuk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan politik yang ada dalam kehidupan, dan (3) lembaga yang umum dalam pemikiran dan usaha-usaha pencapaiannya. Semuanya itu meliputi seni, sastra, ilmu pengetahuan, penensuan-penemuan, filsafat dan agama. Suatu kebudayaan ialah suatu pencapaian yang khas dalarn bidang sosial politik, ekonomi, intelek, seni dan agama- dari suatukelompok manusia.
Pendapat Dr. Ki Kajar Dewantara seorang ahli kebudayaan dan pendidik Indonesia menulis bahwa“Menschecultuer”(adab, Ar.) itu lebih terang artinya jika diterjemahkan ke dalam bahasa kitadengan perkataan “kebudayaan”. Perkataan ini berasal dari “budaya” dan ini berarti buah dari budi manusia. Lalu teranglah sekarang bahwa arti kebudayaan atau kultur kemanusiaan itu ialah semua benda buatannya manusia, baik benda batin maupun benda lahir, yang dapat timbulkarena kemasakan budi manusia. Dan pekerjaan kultur yaitu semua usaha untuk mempertinggi derajat kemanusiaan, sedangkan pokoknya ialah veredelan budi manusia.
Menurut pengertian wetenschap, maka kultur itu dibagi rnenjadi tiga jenis:
1.    Jenis pertama, yang mengenai rasa kebatinan atau moral agama, adat istiadat, tatanegara, kesosialan dansebagainya yang bermaksud memberi hidup yang tertib serta damai.
2.    Jenis kedua, yang mengenai kemajuan angan-angan : pengajaran ilmu bahasa, wetenschap dan sebagainya.
3.    Jenis ketiga, yang mengenai kepandaian: pertanian, industri, perniagaan, pelayaran, kesenian dan lain-lain.
Pendek kata segala perbuatan manusia yang berguna atau bersifat indah serta dapat bermanfaat bagi hidup manusia bersama. Teranglah di situ, bahwa usaha kulturil itu ialah segala perbuatan manusia, yang timbul dan kemasakkan budinya yaitu buah dari kecerdasan pikirannya serta buah dari kekuatan kehendaknnya yaitu segala tenaganya. Jadi kultur atau kebudayaan itu nyatalah buah dan ”trisakti‟nya manusia (9:319)
Menurut Koentjaningrat (Koentjaningrat, kebudayan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta, Gramedia, 1985), kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud:
1.    Wujud ideal, yakni wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
2.    Wujud kelakuan, yakni wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktivitas kelakuanberpola dari manusia dalam masyarakat.
3.    Wujud benda, yakni wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Terdapat 6 komponen kebudayaan menurut Cateora yakni:
1.    Kebudayaan material, yakni mengacu paa penciptaan yang bersifat konkret (kebendaan) seperti perkakas dapur, peralatan perang, senjata juga televisi, pesawat terbang dan lainn-lain.
2.    Kebudayaan nonmaterial, yang mengacu pada karya-karya abstrak non benda yang diwariskana dari generasi ke generasi seperti lagu, dongeng, tarian tradisional, dsbnya.
3.    Lembaga sosial, yang mengacu pada peraturan dan norma-norma yang "terlembagakan" untuk mengatur kehidupan sebuah masyarakat.
4.    Sistem kepercayaan, yang mengacu pada kepercayan yang dianut sebuah masyarakat yang sangat berpengaruh pada kebiasaan dan pola hidup mereka.
5.    Estetika, mengacu pada cita rasa yang juga berpengaruh membentuk suatu prilaku tertentu dalam masyarakat.
6.    Bahasa, yang mengacu pada kemampuan bahasa (cara berkomunikasi) untuk menciptakan pola prilaku tertentu dalam sebuah masyarakat.
B.     Ilmu sebagai Ilmu Kebudayaan
Kalimat  Ilmu (knowledge) merupakan unsur kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi yaitu, pendidikan adalah proses pengoperasian kebudayaan dalam arti membudayakan manusia. Wujud kebudayaan yang menjadi isi (curriculum) pendidikan dikenal sebagai ilmu pengetahuan (knowledge).  Secara tehnis dapat dikemukakan mengenai definisi ilmu (knowledge) yang amat erat hubungannya dengan pendidikan, yaitu:
1.      Menurut Webster’s New World Dictionary
“ Knowledge is all that has been perceived or grasped by the mind ;learning; enlightenment”
“ Ilmu Pengetahuan : semua yang telah diamata atau dimengerti oleh jiwa (pikiran)  ; belajar ; dan sesuatu  yang telah jelas “ ( 26 : 809)
2.      Menurut “ Dictionary of Philosophy” oleh Runes :
Knowledge : Relation know. Apprehended truth. Opposite of opinions. Certain  knowledge is more than opinion, less than truth. ( 20 : 161).
Ilmu pengetahuan : berhubungan dengan tahu ( yang diketahui ). Kebenaran yang dimengerti.  Lawan dari pendapat. Ilmu pengetahuan tertentu lebih daripada pendapat, tetapi dibawah tarafnya jika dibandingkan dengan kebenaran.
3.      Menurut “ American Peoples Encyclopedia “
Knowledge, ideally a full and evident awareness of the truth with respect to anything; practically, an orderly awareness of whatever can definitely be accepted a real ( 28 : 11 – 944).
Ilmu pengetahuan, suatu kesadaran penuh dan terbuktikan  dari suatu kebenaran mengenai sesuatu : bersifat praktis, suau kesadaran yang teratur, tersusun tentang apapun yang secara definitive dapat diterima sebagai realita.
Pengetahuan tentang sifat, scope dan daya guna ilmu adalah urgen bagi pendidik untuk menetapkan urutan kurikulum, sequence of curriculum. Untuk menetapkan kurikulum, urutan kurikulum harus berorientasi pada interdependensi antar ilmu dalam jurusan atau departemen tertentu. Dengan demikian, skala prioritas dalam kurikulum (sequence of curriculum) harus menjamin efisiensi studi. Urutan materi (isi) pendidikan bukanlah semata-mata didasarkan pada tingkat kesukaran bahan pelajaran, melainkan juga peranan dan daya guna ilmu itu bagi tingkat studi selanjutnya, khusunya antarhubungan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain.
Brubacher membedakan sistematika ilmu atas dasar tingkatan abstraksi ilmu itu ( the degree of abstraction), sebagai berikut :
1.      Tingkat pertama adalah ilmu alam kodrat ( ilmu pengetahuan alam), benda-benda alam hidup dan alam mati. Tingkatan ini meliputi semua ilmu alam seperti fisika, kimia, biologi dan geologi.
2.      Tingkat kedua ialah matematika. Obyek-obyek fisik dan makhluk-maklhuk hidup semua ada dalam suatu kuantitas atau jumlah.
3.      Tingkat terakhir daripada knowledge ialah metafisika ( filsafat). Disini murid mencapai suatu tingkat abstraksi  ilmu pengetahuannya yang terlepas daripada suatu kekhususan benda-benda, sebagaimana tingkat pertama dan kedua.
Mengetahui sistematika ilmu pengetahuan bagi seorang pendidik berguna seperti mengerti sebuah peta bagi seorang nakhoda. Bacon menyebut sistematika ilmu pengetahuan itu sebagai : “a description of the intellectual globe”. Dengan mengetahui ‘peta’ ilmu itu, korelasi antar bidang ilmu di dalam pendidikan menjadi lebih praktis dan fungsional. Artinya kurikulum pendidikan dapat dibina berdasarkan korelasi fungsional itu.
Menurut Brubacher, masalah kurikulum mnyangkut baik teori-nilai maupun teori ilmu. Oleh karena itu, kurikulum hanya dapat dimengerti bila pengertian knowledge itu jelas. Maka, knowledge  meliputi dua kategori, yaitu :
1.      Knowledge about things, or propositional knowledge yang dapat diinterpretasikan sebagai ilmu secara teoritis.
2.      Knowledge of how to do things atau cognitive-action, yang dapat ditafsirkan sebagai pengetahuan yang menitikberatkan pada segi praktisnya, pengalaman-pengalaman empiris, atau pengalaman berdasarkan experiment.
C.    Kurikulum
Kurikulum atau secara sederhana kita sebut isi pendidikan adalah “jalan” terdekat untuk sampai pada tujuan pendidikan. Sebaliknya tanpa isi pendidikan, tanpa kurikulum tidak ada proses pendidik dan pengajaran. Dengan perkataan lain, tidak ada pendidikan tanpa kurikulum.Karena itu kurikulum adalah bagian yang amat penting di dalam pendidikan.
Brubacher menguraikan bahwa dengan tujuan atau arah proses pendidikan yang ditetapkan, langkah selanjutnya sudah jelasyaitu suatu cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan tersebut. Di antara semua itu makakurikulum rneminta perhatian pertama. Sesuai dengan asal pengertiannya, menurut bahasa Latin, kurikulurn ialah suatu landasan-terbang, suatu arah yang dilalui seseorang untuk mencapai tujuan, seperti di dalam suatu perlombaan. Bentuk pelajaran ini dimasukkan di dalam istilah pendidikan sebagai kurikulum, atau kadang-kadang disebut bahan pelajaran. Apapun narnanya, namun kurikulum itu menggambarkan landasan di atas, maka murid dan guru berjalan mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum harus berorientasi pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Hubungan antara tujuan pendidikan dan kurikulum ialah hubungan antara tujuan dan isi pendidikan. Suatu tujuan baru akan tercapai apabila pendidikan tepat, relevant. Dengan perkataan hanya isi yang tepat, kurikulurn yang tepat yang akan meagantarkan pendidikan mencapai tujuannya. Dalarn hubungan demikian berarti pula tujuan akan meentukan isi atau kurikulurn pendidikan. Artinya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai kita menetapkan isi pendidikan.
Oleh karena kurikulum merupakan isi dan jalan untuk mencapai tujuan pendidikan, maka sesungguhnya kurikulum menyangkut masalah-masalah: nilai, ilmu, teori, skill, praktek, pembinaan sikap mental dan sebagainya. Ini berarti kurikulum harus mengandung isi pengalarnan yang kaya demi realisasi tujuan. Dengan perkataan lain kurikulum harus kaya dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat membina kepribadian. Luasnya, scope kurikulum, dalamnya, dan jenisnya harus seimbang. Kurikulum yangkaya dengan jenis vaknya, tanpa intensifikasi atau dalarmnya studi itu berarti hanya member “kulit” saja. Keseimbangan antara luas dan dalamnnya (broad and depth) suatu kurikulum adalah syarat bagi penguasaan suatu pengetahuan. Penguasaan teori pengetahuan adalah pangkal pengetahuan praktis. Dan pengetahuan praktis salah satu tujuan pendidikan. Meskipun pada dasarnya tujuan pendidikan yang pokok itu tetap, namun ini tidak berarti bahwa kurikulum itu harus tetap: Kurikulum justru harus berkembang, sesuai dengan perkernbangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat untuk apa pendidikan diselenggarakan. Dengan demikian kurikulum bersifat progressif, berkembang maju, dinamis. OIeh karera itu kita selalu mengadakan evaluasi dan revisi kurikulum.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitas hidup manusia. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Kebudayaan merupakan isi bagi pendidikan dimana melalui pendidikan nilai nilai kebudayaan itu diajarkan atau ditransformasikan kepada peserta didik

DAFTAR PUSTAKA
Anas, Zulfikri. PENDIDIKAN DALAM BUDAYA. http://fikrieanas.wordpress.com/budaya-dan-pendidikan/. (diakses 03/22/14)
Devi Yanti, Aulia. KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN. http://www.academia.edu/4751122/KEBUDAYAAN_SEBAGAI_ISI_PENDIDIKAN. (diakses 03/14/14)
Hendri, Fitri. KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN. http://fitrihendri.wordpress.com/2011/08/01/kebudayaan-sebagai-isi-pendidikan/. (diakses 03/14/14)
Syam, M. Noor. 1987. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.Surabaya: Usaha Nasional.
-------. 2012. DEFINISI BUDAYA MENURUT PARA AHLI.   http://id.shvoong.com/humanities/archeology/2341899-pengertian-definisi-budaya-menurut-para/#ixzz2Py6KuKr0. (diakses 03/22/14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yaNg sopaN iia