FILSAFAT PENDIDIKAN
Kebudayaan sebagai Isi Pendidikan
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata
kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd
Oleh:
1.
Rini Triasningsih 1401411510
2.
Wahyu Dwi Prastuti 1401411535
3.
Etika Rahmawati 1401411538
4.
Siti Nur Azizah 1401411554
5.
Mulia Safitri Yundari 1401411584
6.
Singgih Mahendra 1401411592
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan dan kebudayaan adalah
dua kata saling berhubungan erat. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya merupakan entitas yang saling berkaitan. Pendidikan itu sendiri adalah
kebudayaan. Karena pendidikan adalah karyanya manusia. Kegiatan pendidikan
merupakan proses pembudayaan, artinya pendidikan membuat manusia menjadi
berbudaya. Kebudayaan merupakan salah satu landasan bagi pendidikan, karena di
dalamnya terkandung nilai nilai kehidupan dan menjadi pedoman hidup masyarakat
dimana pendidikan itu berlangsung.
Pendidikan mempunyai peranan yang
sangat besar dalam perkembangan kebudayaan, bahkan dalam perjalanan suatu
kebudayaan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung
dan berkembang. Melalui pendidikan, kepribadian seseorang itu dibentuk dan
dikembangkan. Individu yang mendapat pendidikan merupakan kreator dan sekaligus
sebagai manipulator dari kebudayaannya. Tanpa kepribadian manusia tidak ada
kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian.
Sebaliknya kebudayaan akan sangat diperlukan
upaya pembentukan kepribdian. Kesenian misalnya, sebagai aspek kebudayaan,
sangat besar peranannya dalam pengembangan kepribadian seseorang, dan karena
itu sangat penting bagi pendidikan. Mengartikan kebudayaan dalam arti sempit,
yaitu terbatas pada kesenian dan kepurbakalaan telah mereduksi kebudayaan hanya
pada nilai nilai estetika. Dan ini berarti telah memperjarak hubungan atau
telah cenderung. memisahkan antara pendidikan dengan kebudayaan. Gejala
pemisahan kedua hal itu juga disebabkan karena nilai nilai kebudayaan dalam
pendidikan terlalu dibatasi pada nilai nilai intelektual saja.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dan ruang lingkup kebudayaan?
2.
Apa yang dimaksud dengan ilmu sebagai ilmu kebudayaan?
3.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dan ruang lingkup kebudayaan.
2.
Mengetahui ilmu sebagai ilmu kebudayaan.
3.
Mengetahui tentang kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Ruang Lingkup Kebudayaan
Kebudayaan
berasal dari kata budaya. Budaya sendiri berasal dari bahasa sanksekerta
"Budhayyah", bentuk jamak dari "Buddhi" yang berarti budi
sebagaimana yang kita fahami dan akal. Kata budaya sendiri sepadan dengan kata
culture dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa latin "Colere"
yang berarti mengolah, mengerjakan atau bercocok tanam. Untuk memahami
pengertian budaya, atau definisi budaya, terlebih dahulu kita mesti mampu
membedakan budaya sebagai kata benda dan budaya sebagai kata kerja. Budaya
islam, budaya Kristen budaya melayu, budaya minang, budaya jawa, dan sebagainya
adalah budaya sebagai kata benda. Sedangkan budaya rajin membaca, budaya
bersih, budaya displin hingga yang berkonotasi negatif semacam budaya korupsi
dan sebagainya, adalah budaya sebagai kata kerja. Sebagian ahli membedakan
antara pengertian budaya dengan kebudayaan. Budaya sering diartikan sebagai
“konsep pemikiran”, sementara kebudayaan mencakup semua aspek, konsep pemikiran
dan produknya.
Dr. Henry
S. Lucas dalam buku “A Short History of Civila zation” menyatakan bahwa
kebudayaan ialah suatu cara yang umum bagaimana manusia hidup, berpikir dan
bertindak. Kebudayaan meliputi (1) suatu penyesuaian umum terhadap
kebutuhan-kebutuhan ekonomi ataukepada lingkungaan geografis, (2) organisasi
yang lazim dibentuk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan politik yang
ada dalam kehidupan, dan (3) lembaga yang umum dalam pemikiran dan usaha-usaha
pencapaiannya. Semuanya itu meliputi seni, sastra, ilmu pengetahuan,
penensuan-penemuan, filsafat dan agama. Suatu kebudayaan ialah suatu pencapaian
yang khas dalarn bidang sosial politik, ekonomi, intelek, seni dan agama- dari
suatukelompok manusia.
Pendapat
Dr. Ki Kajar Dewantara seorang ahli kebudayaan dan pendidik Indonesia menulis
bahwa“Menschecultuer”(adab, Ar.) itu lebih terang artinya jika diterjemahkan ke
dalam bahasa kitadengan perkataan “kebudayaan”. Perkataan ini berasal dari
“budaya” dan ini berarti buah dari budi manusia. Lalu teranglah sekarang bahwa
arti kebudayaan atau kultur kemanusiaan itu ialah semua benda buatannya
manusia, baik benda batin maupun benda lahir, yang dapat timbulkarena kemasakan
budi manusia. Dan pekerjaan kultur yaitu semua usaha untuk mempertinggi derajat
kemanusiaan, sedangkan pokoknya ialah veredelan budi manusia.
Menurut
pengertian wetenschap, maka kultur itu dibagi rnenjadi tiga jenis:
1.
Jenis pertama,
yang mengenai rasa kebatinan atau moral agama, adat istiadat, tatanegara,
kesosialan dansebagainya yang bermaksud memberi hidup yang tertib serta damai.
2.
Jenis kedua,
yang mengenai kemajuan angan-angan : pengajaran ilmu bahasa, wetenschap dan
sebagainya.
3.
Jenis ketiga,
yang mengenai kepandaian: pertanian, industri, perniagaan, pelayaran, kesenian
dan lain-lain.
Pendek
kata segala perbuatan manusia yang berguna atau bersifat indah serta dapat
bermanfaat bagi hidup manusia bersama. Teranglah di situ, bahwa usaha kulturil
itu ialah segala perbuatan manusia, yang timbul dan kemasakkan budinya yaitu
buah dari kecerdasan pikirannya serta buah dari kekuatan kehendaknnya yaitu
segala tenaganya. Jadi kultur atau kebudayaan itu nyatalah buah dan
”trisakti‟nya manusia (9:319)
Menurut
Koentjaningrat (Koentjaningrat, kebudayan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta,
Gramedia, 1985), kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud:
1.
Wujud ideal,
yakni wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
2.
Wujud
kelakuan, yakni wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktivitas
kelakuanberpola dari manusia dalam masyarakat.
3.
Wujud benda,
yakni wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Terdapat 6 komponen kebudayaan menurut Cateora
yakni:
1.
Kebudayaan
material, yakni mengacu paa penciptaan yang bersifat konkret (kebendaan)
seperti perkakas dapur, peralatan perang, senjata juga televisi, pesawat
terbang dan lainn-lain.
2.
Kebudayaan
nonmaterial, yang mengacu pada karya-karya abstrak non benda yang diwariskana
dari generasi ke generasi seperti lagu, dongeng, tarian tradisional, dsbnya.
3.
Lembaga
sosial, yang mengacu pada peraturan dan norma-norma yang
"terlembagakan" untuk mengatur kehidupan sebuah masyarakat.
4.
Sistem
kepercayaan, yang mengacu pada kepercayan yang dianut sebuah masyarakat yang
sangat berpengaruh pada kebiasaan dan pola hidup mereka.
5.
Estetika,
mengacu pada cita rasa yang juga berpengaruh membentuk suatu prilaku tertentu dalam
masyarakat.
6.
Bahasa, yang
mengacu pada kemampuan bahasa (cara berkomunikasi) untuk menciptakan pola
prilaku tertentu dalam sebuah masyarakat.
B. Ilmu
sebagai Ilmu Kebudayaan
Kalimat Ilmu (knowledge) merupakan unsur kebudayaan.
Pendidikan dan kebudayaan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi yaitu,
pendidikan adalah proses pengoperasian kebudayaan dalam arti membudayakan
manusia. Wujud kebudayaan yang menjadi isi (curriculum) pendidikan dikenal
sebagai ilmu pengetahuan (knowledge).
Secara tehnis dapat dikemukakan mengenai definisi ilmu (knowledge) yang
amat erat hubungannya dengan pendidikan, yaitu:
1.
Menurut
Webster’s New World Dictionary
“ Knowledge is all that has been perceived or grasped by the mind
;learning; enlightenment”
“ Ilmu Pengetahuan : semua yang telah diamata atau dimengerti oleh jiwa (pikiran) ; belajar ; dan sesuatu yang telah jelas “ ( 26 : 809)
2.
Menurut “
Dictionary of Philosophy” oleh Runes :
Knowledge : Relation know. Apprehended truth.
Opposite of opinions. Certain knowledge
is more than opinion, less than truth. ( 20 : 161).
Ilmu pengetahuan : berhubungan dengan tahu ( yang
diketahui ). Kebenaran yang dimengerti.
Lawan dari pendapat. Ilmu pengetahuan tertentu lebih daripada pendapat,
tetapi dibawah tarafnya jika dibandingkan dengan kebenaran.
3. Menurut “ American Peoples Encyclopedia “
Knowledge, ideally a full and evident awareness of
the truth with respect to anything; practically, an orderly awareness of
whatever can definitely be accepted a real ( 28 : 11 – 944).
Ilmu pengetahuan, suatu kesadaran penuh dan terbuktikan dari suatu kebenaran mengenai sesuatu :
bersifat praktis, suau kesadaran yang teratur, tersusun tentang apapun yang
secara definitive dapat diterima sebagai realita.
Pengetahuan tentang sifat, scope dan daya guna ilmu adalah urgen bagi pendidik untuk
menetapkan urutan kurikulum, sequence of curriculum. Untuk menetapkan
kurikulum, urutan kurikulum harus berorientasi pada interdependensi antar ilmu
dalam jurusan atau departemen tertentu. Dengan demikian, skala prioritas dalam
kurikulum (sequence of curriculum) harus menjamin efisiensi studi. Urutan
materi (isi) pendidikan bukanlah semata-mata didasarkan pada tingkat kesukaran
bahan pelajaran, melainkan juga peranan dan daya guna ilmu itu bagi tingkat
studi selanjutnya, khusunya antarhubungan ilmu yang satu dengan ilmu yang lain.
Brubacher membedakan sistematika ilmu atas dasar tingkatan abstraksi ilmu
itu ( the degree of abstraction), sebagai berikut :
1.
Tingkat
pertama adalah ilmu alam kodrat ( ilmu pengetahuan alam), benda-benda alam
hidup dan alam mati. Tingkatan ini meliputi semua ilmu alam seperti fisika,
kimia, biologi dan geologi.
2.
Tingkat kedua
ialah matematika. Obyek-obyek fisik dan makhluk-maklhuk hidup semua ada dalam
suatu kuantitas atau jumlah.
3.
Tingkat terakhir
daripada knowledge ialah metafisika ( filsafat). Disini murid mencapai suatu
tingkat abstraksi ilmu pengetahuannya
yang terlepas daripada suatu kekhususan benda-benda, sebagaimana tingkat
pertama dan kedua.
Mengetahui sistematika ilmu pengetahuan bagi seorang
pendidik berguna seperti mengerti sebuah peta bagi seorang nakhoda. Bacon
menyebut sistematika ilmu pengetahuan itu sebagai : “a description of the
intellectual globe”. Dengan mengetahui ‘peta’ ilmu itu, korelasi antar bidang
ilmu di dalam pendidikan menjadi lebih praktis dan fungsional. Artinya
kurikulum pendidikan dapat dibina berdasarkan korelasi fungsional itu.
Menurut Brubacher, masalah kurikulum mnyangkut baik
teori-nilai maupun teori ilmu. Oleh karena itu, kurikulum hanya dapat dimengerti
bila pengertian knowledge itu jelas. Maka, knowledge meliputi dua kategori, yaitu :
1.
Knowledge
about things, or propositional knowledge yang dapat diinterpretasikan sebagai
ilmu secara teoritis.
2.
Knowledge
of how to do things atau cognitive-action, yang dapat ditafsirkan sebagai
pengetahuan yang menitikberatkan pada segi praktisnya, pengalaman-pengalaman
empiris, atau pengalaman berdasarkan experiment.
C. Kurikulum
Kurikulum atau secara sederhana kita sebut isi
pendidikan adalah “jalan” terdekat untuk sampai pada tujuan pendidikan.
Sebaliknya tanpa isi pendidikan, tanpa kurikulum tidak ada proses pendidik dan
pengajaran. Dengan perkataan lain, tidak ada pendidikan tanpa kurikulum.Karena
itu kurikulum adalah bagian yang amat penting di dalam pendidikan.
Brubacher menguraikan bahwa dengan tujuan atau arah proses pendidikan
yang ditetapkan, langkah selanjutnya sudah jelasyaitu suatu cara-cara dan
alat-alat untuk mencapai tujuan tersebut. Di antara semua itu makakurikulum
rneminta perhatian pertama. Sesuai dengan asal pengertiannya, menurut bahasa
Latin, kurikulurn ialah suatu landasan-terbang, suatu arah yang dilalui
seseorang untuk mencapai tujuan, seperti di dalam suatu perlombaan. Bentuk
pelajaran ini dimasukkan di dalam istilah pendidikan sebagai kurikulum, atau
kadang-kadang disebut bahan pelajaran. Apapun narnanya, namun kurikulum itu
menggambarkan landasan di atas, maka murid dan guru berjalan mencapai tujuan
pendidikan. Dengan demikian kurikulum harus berorientasi pada tujuan pendidikan
yang hendak dicapai.
Hubungan antara tujuan pendidikan dan kurikulum ialah hubungan antara
tujuan dan isi pendidikan. Suatu tujuan baru akan tercapai apabila pendidikan
tepat, relevant. Dengan perkataan hanya isi yang tepat, kurikulurn yang tepat
yang akan meagantarkan pendidikan mencapai tujuannya. Dalarn hubungan demikian
berarti pula tujuan akan meentukan isi atau kurikulurn pendidikan. Artinya
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai kita menetapkan isi pendidikan.
Oleh karena kurikulum merupakan isi dan jalan untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka sesungguhnya kurikulum menyangkut masalah-masalah: nilai,
ilmu, teori, skill, praktek, pembinaan sikap mental dan sebagainya. Ini berarti
kurikulum harus mengandung isi pengalarnan yang kaya demi realisasi tujuan.
Dengan perkataan lain kurikulum harus kaya dengan pengalaman-pengalaman yang
bersifat membina kepribadian. Luasnya, scope kurikulum, dalamnya, dan jenisnya
harus seimbang. Kurikulum yangkaya dengan jenis vaknya, tanpa intensifikasi
atau dalarmnya studi itu berarti hanya member “kulit” saja. Keseimbangan antara
luas dan dalamnnya (broad and depth) suatu kurikulum adalah syarat bagi
penguasaan suatu pengetahuan. Penguasaan teori pengetahuan adalah pangkal
pengetahuan praktis. Dan pengetahuan praktis salah satu tujuan pendidikan. Meskipun
pada dasarnya tujuan pendidikan yang pokok itu tetap, namun ini tidak berarti
bahwa kurikulum itu harus tetap: Kurikulum justru harus berkembang, sesuai
dengan perkernbangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat untuk apa
pendidikan diselenggarakan. Dengan demikian kurikulum bersifat progressif,
berkembang maju, dinamis. OIeh karera itu kita selalu mengadakan evaluasi dan
revisi kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pendidikan
sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitas hidup manusia. Upaya
pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan
dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Pendidikan merupakan proses
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung
sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada
perubahan zaman. Kebudayaan merupakan isi bagi pendidikan dimana melalui
pendidikan nilai nilai kebudayaan itu diajarkan atau ditransformasikan kepada
peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Zulfikri. PENDIDIKAN
DALAM BUDAYA. http://fikrieanas.wordpress.com/budaya-dan-pendidikan/.
(diakses 03/22/14)
Devi
Yanti, Aulia. KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI
PENDIDIKAN. http://www.academia.edu/4751122/KEBUDAYAAN_SEBAGAI_ISI_PENDIDIKAN.
(diakses 03/14/14)
Hendri,
Fitri. KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN.
http://fitrihendri.wordpress.com/2011/08/01/kebudayaan-sebagai-isi-pendidikan/.
(diakses 03/14/14)
Syam, M. Noor. 1987. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.Surabaya: Usaha Nasional.
-------. http://id.shvoong.com/humanities/archeology/2341899-pengertian-definisi-budaya-menurut-para/#ixzz2Py6KuKr0. (diakses 03/23/14)
-------.
2012. DEFINISI BUDAYA MENURUT PARA AHLI. http://id.shvoong.com/humanities/archeology/2341899-pengertian-definisi-budaya-menurut-para/#ixzz2Py6KuKr0.
(diakses 03/22/14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yaNg sopaN iia