Senin, 29 April 2013

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

Fungsi Apresiasi dan Kritik
dalam Pendidikan Seni Rupa

A. Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa

Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting dalam pendidikan seni rupa adalah apresiasi. Dalam bahasa sederhana, apresiasi berarti menerima, menghargai melalui proses yang melibatakan rasa dan fikir. Kegiatan apresiasi seni di masyarakat kita, begitu juga dalam penyelenggaraan pendidikan seni di kelas, sampai saat ini masih terbatas sekali dalam arti belum banyak dikembangkan. Walaupun sesungguhnya pada masa sekarang, anak-anak memiliki lebih banyak peluang untuk meningkatkan apresiasi dibandingkan dengan zaman dahulu. Kini teknologi elektronika, khususnya reproduksi dan percetakan sudah maju. Karya-karya terkenal dapat diperlihatkan guru kepada para siswa di sekolah. Pameran-pameran seni juga lebih sering diselenggarakan.
Tetapi yang lebih penting lagi, peningkatan apresiasi dapat dilakukan dari tingkat dasar yang sederhana, dari karya-karya siswa sendiri dan teman-temannya, dilakukan guru di dalam kelas. Peningkatan kepekaan apresiasi merupakan gabungan antara aspek : mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan), melalui teknik bertanya dan menunjukkan unsur-unsur menarik dari suatu karya.
Secara lebih luas, apresiasi dilakukan bukan hanya terhadap karya seni tetapi juga terhadap keindahan di alam. Siswa diajak “melihat” keindahan yang ada di mana-mana. Keindahan atau kemenarikan hasil karya ditunjukkan guru (lebih tepat: disarankan), dengan catatan bukan mutlak harus diterima siswa. Dengan banyaknya melihat unsur-unsur yang indah/artistik, maka terciptalah pola gambaran mental pada dirinya tentang apa-apa yang dianggap kebanyakan orang sebagai hal yang indah/seni. Selanjutnya ia akan memilih, hal-hal apa yang secara individual menarik bagi dirinya. Di sinilah letak kebebasan siswa untuk menerima atau menolak, menyenangi atau kurang menyenangi sesuatu yang memungkinkan dirinya memiliki kepekaan individual (sebagai apresiator) maupun gaya individual (jika ia berkarya).  
Menurut Lowenfeld (1982), diskusi tentang aspek-aspek desain (harmoni, keseimbangan, ritme, kesatuan, pusat perhatian, dsb) akan membentuk kesadaran anak terhadap kualitas baik-buruk karya seni dan dengan demikian apresiasi seni akan terbentuk. 
Hal-hal yang dibicarakan dalam diskusi tersebut meliputi antara lain :
1.      Judul-judul atau objek yang digambarkan: apa yang tampak, apa yang aneh, apa yang menarik. Pada tahap usia SD, yang disukai anak umumnya penggambaran secara visual yang “hidup”, bukan karya-karya abstrak atau yang memerlukan renungan mendalam. 
2.      Warna. Dipertanyakan mana yang disukai, mana warna yang kurang kuat (kabur), mana yang menurut mereka aneh atau ganjil.
3.      Penempatan. Dipertanyakan, bagaimana kesesuaian ukuran gambar dengan bidang gambar, distimulasi perlunya keseimbangan, untuk meningkatkan kepekaan komposisi.
4.      Pemanfaatan media. Dipertanyakan kemungkinan-kemungkinan teknik penggunaan media, sifat khas media serta cara-cara orang lain yang berhasil menggunakannya.
Perlu dikemukakan di sini bahwa pengembangan apresiasi seni untuk SD hendaknya lebih diutamakan secara terpadu dengan kegiatan praktek, jadi bukan tersendiri misalnya dua jam pelajaran memberi ceramah tentang macam-macam apresiasi seni. Anak dapat dibimbing untuk mendiskusikan karyanya sendiri atau mengapresiasi karya temannya

B. Kritik Seni dalam Pendidikan Seni Rupa

Kritik Pedagogik (Pedagogical Criticism) adalah tipe kritik yang dilakukan oleh seorang guru (pendidik) terhadap karya siswanya dalam usaha mengembangkan proses pembelajaran yang bermuatan kreasi dan apresiasi. Dalam rangka proses pembelajaran siswa, seorang pendidik memiliki peranan sebagai pekritik karya-karya siswa sebagai motivasi, responsi, evaluasi, reinforcement. Peranan pendidik tersebut sangat berfungsi untuk membina kemandirian kreasi dan ekspresi diri anakdidik (Siswa). Tidak menghakimi siswa dengan putusan nilai  yang kuantitatif, namun lebih mengarah kepada penguatan  the student’s artistic personality.
Jika kita tinjau dari sudut kependidikan, kritik menempati  posisi yang integratif dengan sistem pembelajaran.  Kritik dalam proses belajar - mengajar akan selalu muncul  tak terpisahkan dengan dengan metoda mengajar, strategi belajar-mengajar, dan evaluasi. 
Kritik lisan yang disampaikan Pendidik dalam kelas terhadap karya Siswa sebagai bukti bahwa Pendidik berusaha untuk membangun artistic personality Siswa.  Hal itu tidak lepas dari keseluruhan proses pembelajaran.  Berbeda dengan evaluasi. Evaluasi diberikan oleh Pendidik kepada Siswa dalam upaya untuk mengetahui keberhasilan proses belajar - mengajar, dan dilakukan di akhir suatu program (misalnya tes formatif, sumatif, dsb.). Evaluasi terpisah dari keseluruhan proses pembelajaran. Pembobotan nilai dalam kritik pun berbeda dengan evaluasi biasa.
C. Pendidikan melalui Kritik dan Apresiasi Seni
Pembelajaran apresiasi dan kritik seni tidak saja berfungsi dalam pembelajaran seni tetapi dapat juga diimplementasikan untuk pembelajaran lainnya. Implementasi kritik dan apresiasi menumbuhkan sikap yang mendukung anak dalam: (1) pembelajaran sosial, (2) membangun kemitraan dengan komunitas, (3) menjadi peneliti yang aktif, (4) menjadi komunikator yang efektif dan (5)  partisipasi dalam kehidupan yang saling berketergantungan.
1. Pembelajaran Sosial
Kompetensi untuk menilai dan menghargai karya seni menumbuhkan sikap untuk menghargai fenomena sosial lainnya. Ketika para siswa mengambil bagian dalam apresiasi praktek seni yang ada di masyarakat, mereka mengembangkan suatu pemahaman tentang dinamika masyarakat dalam konteks budaya, sosial, ekonomi dan historis tertentu dan berbagi makna sosial yang diproduksi dan dihargai oleh kelompok masyarakat tersebut. Melalui kegiatan dan pengalaman ini, para siswa mengembangkan keterampilan interaktif, kepercayaan sosial, pemahaman dinamika kelompok dan kemampuan untuk merundingkan dalam kelompok ketika mereka bekerja ke arah suatu tujuan bersama. Hal ini akan mendidik mereka untuk memahami perasaan mereka sendiri, tanggapan secara emosional dan orang lain seperti halnya ketika mereka terlibat dalam, dan merefleksikan, sebuah pengalaman seni. Kondisi ini membawa mereka ada dalam situasi yang memungkinkan untuk berempati dengan yang lain, berbagi kegembiraan, mengatur frustrasi dan menghadirkan perasaan ketika menciptakan produk seni.

 

2. Membangun kemitraan dengan komunitas

Apresiasi seni dapat menciptakan kebersamaan di antara para siswa dan anggota sekolah, masyarakat sekitar dan komunitas seni. Kemitraan ini melibatkan siswa dalam pendekatan dengan banyak orang, pengalaman dan konteks. Beberapa siswa dapat mengakses manfaat pribadi melalui pengalaman seni yang ada di masyarakat ini seperti halnya pengalaman belajar yang diciptakan di sekolah. Mengembangkan kemitraan dengan pihak yang menawarkan keikutsertaan dalam berbagai program seni memungkinkan untuk menghubungkan pelajaran di dalam sekolah dengan realitas yang ada dimasyarakat. Kemitraan juga menyediakan peluang untuk menginformasikan masyarakat tentang pendidikan di dalam dan melalui aktivitas seni.
Dengan asumsi sumber daya masyarakat dan sekolah berbeda, aktivitas belajar dapat diperkaya dengan membangun kemitraan dengan orang lain pihak yang terlibat dalam seni. Orang tua, anggota masyarakat, pengurus seni (arts administrators), seniman lokal, para guru dan para pekerja industri seni dapat memberi dukungan dengan berbagi kegiatan, pengalaman, keahlian, keterampilan dan cara kerja mereka menggunakan material serta praktek.
Kemitraan dengan komunitas dapat juga memperkaya aktivitas pelajaran yang ditawarkan ke para siswa dengan menyediakan akses ke peralatan, fasilitas, musium, dan kegiatan seni di masyarakat. Pengertian yang mendalam terhadap praktek seni dapat disajikan melalui pengalaman seniman dalam program sekolah, karya seni yang asli dan “ruang” aktivitas seni di luar kelas, “ruang” publik dan “ruang” virtual. Kegiatan ini berharga bagi para siswa dan anggota masyarakat karena memiliki peluang untuk berinteraksi dan berkolaborasi pada proyek seni dalam situasi belajar di kehidupan nyata.
Penghargaan dan pemahaman tentang keaneka ragaman budaya dan sifat alami saling berhubungan antara seni dan budaya mungkin dieksplorasi dengan jalan yang penuh makna. Hal ini ditingkatkan melalui representasi praktek seni dan seniman-seniman tradisi yang lahir dari budaya asli yang ada di masyarakat ke dalam lingkungan sekolah.
Kemitraan dengan masyarakat pedalaman dan penduduk asli, misalnya, menyediakan peluang belajar yang cukup esensial bagi siswa. Masyarakat semacam ini sering mempunyai kultur dengan suatu orientasi lisan dan pendekatan holistik kepada transmisi pengetahuan budaya. Ekspresi dari identitas budaya, sejarah, hukum, hubungan dengan alam dan sistem kekerabatan melalui suatu variasi makna artistik menyediakan pengalaman belajar yang kaya bagi para siswa. Untuk menciptakan dan memelihara kemitraan dengan masyarakat pedalaman atau penduduk asli, peserta belajar harus menghormati protokol dan prosedur yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Efektivitas dari proses pembelajaran melalui program kemitraan ini, dapat dilakukan dengan mencari pembimbing (guidance) dari kelompok pribumi, organisasi dan anggota masyarakat yang relevan.
3. Menjadi peneliti yang aktif
Melalui kegiatan apresiasi dan kritik pada dasarnya siswa melakukan kegiatan penelitian. Sebagai peneliti yang aktif, para siswa membangun makna melalui apresiasi dan kritik apa yang mereka selidiki, uraikan dan prediksi. Mereka mempelajari dan menemukan sendiri jalan yang efektif untuk mengakui adanya berbagai perspektif dan untuk menghadapi tantangan perbedaan pandangan, metoda dan kesimpulan. Para siswa menggunakan berbagai teknik dan teknologi dan menerapkannya dalam apresiasi dan kritik untuk menyelidiki dan menganalisa secara tekstual maupun kontekstual. Sikap ini akan membantu kepekaan siswa terhadap aspek gagasan yang bersifat intuitif dan berlangsung sesaat dari banyak proses dan produk seni sehingga peluang terhadap penemuan dapat segera dikenali dan diselidiki (dikaji dengan kritis).
4. Menjadi komunikator yang efektif
Mempresentasikan tanggapan dalam pembelajaran kritik dan apresiasi dapat mendorong siswa menjadi komunikator yang efektif. Kompetensi ini menuntut para siswa mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan dengan penuh percaya diri di dalam berbagai konteks dan untuk komunikan yang berbeda. Mereka belajar untuk menggunakan berbagai sistem simbol, bahasa, bentuk dan proses seni ketika merumuskan, mengkomunikasikan serta membenarkan pendapat dan gagasan. Para siswa memahami bahwa karya seni berfungsi juga sebagai media komunikasi yang membawa nilai-nilai didalamnya sebagai konstruksi kenyataan dan imajinasi, serta mempunyai kapasitas untuk menimbulkan tanggapan.

 5.  Partisipan dalam kehidupan yang saling berketergantungan.

Dengan mengambil bagian, mengapresiasi dan mengkritisi pengalaman, produk dan capaian seni, para siswa mulai untuk mencerminkan, bereaksi dan mengevaluasi peran seni di dalam masyarakat yang berbeda. Para siswa mengembangkan suatu pemahaman yang meningkatkan kualitas diri mereka sebagai anggota budaya dan masyarakat masa lampau, hari ini dan masa depan di mana mereka dapat berkontribusi didalamnya.
Melalui negosiasi dan bekerja sama dalam pengambilan keputusan, serta aktif secara efektif di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama, para siswa belajar mengidentifikasi dan menerapkan keterampilan antar budaya dan antar pribadi yang berbeda. Kemampuan ini dapat mengembangkan suatu kapasitas untuk mengatasi kerancuan dan kompleksitas di dalam dunia dari perubahan budaya, sosial, teknologi dan ekonomi yang cepat terutama dalam era globalisasi saat ini (lihat Duncum, 2001)
Rangkuman
Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting adalah apresiasi. Dalam pembelajaran seni rupa, peningkatan apresiasi dapat dilakukan dari tingkat dasar yang sederhana, dari karya-karya siswa sendiri dan teman-temannya, dilakukan guru di dalam kelas. Peningkatan kepekaan apresiasi merupakan gabungan antara aspek: mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan), melalui teknik bertanya dan menunjukkan unsur-unsur menarik dari suatu karya.
Kritik Pedagogik (Pedagogical Criticism) adalah tipe kritik yang dilakukan oleh seorang guru (pendidik) terhadap karya siswanya dalam usaha mengembangkan proses pembelajaran yang bermuatan kreasi dan apresiasi. Dalam rangka proses pembelajaran siswa, seorang pendidik memiliki peranan sebagai pekritik karya-karya siswa sebagai motivasi, responsi, evaluasi, reinforcement. Peranan pendidik tersebut sangat berfungsi untuk membina kemandirian kreasi dan ekspresi diri anakdidik (Siswa). Guru tidak menghakimi siswa dengan putusan nilai  yang kuantitatif, namun lebih mengarah kepada penguatan  the student’s artistic personality.
            Pendidikan melalui Kritik dan Apresiasi Seni memberikan manfaat dalam (1) pembelajaran sosial, (2) membangun kemitraan dengan komunitas, (3) menjadi peneliti yang aktif, (4) menjadi komunikator yang efektif dan (5)  berpartisipasi dalam kehidupan yang saling berketergantungan.

Konsep Pendidikan Seni

Konsep Pendidikan Seni
Kegiatan Belajar 1
Konsep Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Salah satu fungsi pendidikan adalah menyeimbangkan kinerja otak kanan (mengembangkan kedisiplinan, keteraturan, dan berpikir sistematis) dan otak kiri (mengembangkan kemampuan kreasi yang unstructured seperti ekspresi, kreasi, imajinasi, yang tidak membutuhkan siistematika kerja agar terjadi perpaduan gerak yang dinamis). Kelompok mata pelajaran berbasis berpikir sistematis adlah matematika, IPA, sedangkan kelompok mata pelajaran berbasis kemampuan kreasi unstructured berpikir seperti kesenian, agama, dan IPS.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata seni dapat membantu pengembangan daya pikir anak,mengembangkan kepekaan anak, dapat membantu memahami materi pelajaran lain, dan melalui kegiatan produksi karya seni mampu membangkitkan karsa anak.
Kegiatan Belajar 2
Fungsi Pendidikan Seni
Pendidikan seni dapat berfungsi diantaranya sebagai media ekspresi, sebagai media komunikasi,dansebagai media pembinaan kreatifitas, serta media pengembangan hobi dan bakat.
Seni melatih anak mengungkap isi hati dan pikiran yang sulit diungkapkan melalui kata-kata. Seni memberikan kesempatan ide dan pikiran di ungkapkan melalui gerakan sehingga berwujud tarian, demikian pula seni memberi kesempatan mengungkapkan yang dirasakan, gagasan, dan pikiran anak melalui rangkaian nada dan suara atau mewujudkan dalam bentuk gambar.
Seni sebagai media komunikasi dapat dilihat pada anak menginformasikan gagasan, perasaan, dan pikirannya lewat medium suara, gerak dan bentuk yang dapat melengkapi ungkapan bahasa verbal.
Melalui pendidikan seni memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang sesuai dengan naluri dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari secara mandiri melalui tiga medium, yakni gerak yang dilatihkan melalui pembelajaran tari, suara yang dilatihkan melalui pembelajaran music, dan kreatifitas mencipta bentuk sebagai inbond activity melalui pembelajaran seni rupa.

Kegiatan Belajar 3
Ruang Lingkup Pendidikan Seni
Pengetahuan seni rupa: kognisi seni(pengetahuan keilmuan), apresiasi seni, dan berpengalaman kreasi (produksi) seni.
Pengetahuan organis adalah pengetahuan yang dapat dipelajari secara berkesinambungan dan saling berkaitan dengan pengetahuan lain.pengetahuan linier anorganik adalah pengetahuan yang mempunyai susunan tidak teratur; oleh karenanya kapan saja pengetahuan ini disebutkan akan mempunyai arti yang berbeda.
Dalam berapresiasi seni terdapat beberapa tahap, yakni surprise – empati – estetik – feeling of content – etis – simpatik.
Dalam proses produksi seni anak akan menggunakan pengetahuan kognisi, yaitu pengetahuan yang sistematis dan mampu diungkapkan pada suatu ketika, serta memanfaatkan pemahamannya tentang bentuk secara apresiatif.
Kegiatan Belajar 4
Karakteristik Pendidikan Seni di SD
Konsep pendidikan seni diangkat dari substansi produksi seni dengan substansi pendidikan; oleh karenanya pendidikan seni merupakan bagian dari pendidikan umum, sama seperti halnya dengan matematika, bahasa, agama dan lainnya.
Pendidikan seni membina pengembangan rasa melalui produksi atau berperilaku seni dan pelatihan kepekaan emosional seni yang berisi pengetahuan tentang keindahan. Pengetahuan seni sendiri terdiri dari  kognisi seni yang teratur maupun yang tidak yang berasal dari berapresiasi terhadap karya dan penciptanya. Disamping itu melalui produksi seni anak akan mengenal dan memahami secara langsung seni dan keindahan.
Dari perilaku produksi seni tersebut dapat dicptakan strategi dan model pembinaannya di sekolah dasar; strategi pendekatan belajar seni melalui pembelajaran teori seni disebut dengan pendekatan definisi, melalui praktek langsung  berkarya atau disebut dengan pendekatan partisipasi dan terakhir adalah pendekatan eksplorasi jika guru meminta anak melakukan pengamatan, wawancara, studi dari dokumen secara mandiri.
Sedangkan model yang digunakan untuk membelajarkan seni adalah:
1.         Model bermain karena pada hakekatnya berseni sebagai kegiatan permainan imajinasi, kreasi maupun fisik.
2.         Model pendidikan kreatif yang menjuruskan proses pembinaan melalui kebebasan mencipta, berperilaku produksi maupun mengolah objek menjadi sesuatu yang baru (iinovasi seni).
3.         Model pendidikan integrative karena sebenarnya kegiatan berseni membutuhkan kerja otak (kanan dan kiri), kerja rasa (emosional artistik), serta psikomotor yang tinggi dengan pelatihan keterampilan yang tinggi pula.
Ketiga pengetahuan ini berisi sebenarnya juga pelatihan mengungkapkan ide (komunikasi) dan mewujudkan ide agar orang lain paham akan ucapannya (bahasa visual), serta sebagai pelatihan imajinasi dan mengungkapkan gagasan yang tinggi tentang diri dan lingkungannya.

Penciptaan Karya Seni Rupa Anak SD

Penciptaan Karya Seni Rupa Anak SD
Kegiatan Belajar 1
Mencipta Karya Seni Rupa Dwimatra
Menggambar adalah memindahkan objek dengan media dua dimensi dengan mengambil objek yang berupa benda-benda disekelilingnya dan digambarkan langsung berbentuk realistis.
Posisi benda elips yang diletakkan tepat pada titik cakrawala akan kelihatan persegi empat, benda elips yang diletakkan  berada dibawah titik cakrawala akan kelihatan elips bagian atas, sedang apbila benda elips diletakkan berada diatas cakrawala maka akan kelihatan elips bagian bawah.
Ilustrasi merupakan jenis gambar yang mempunyai tujuan membantu memperjelas sebuah naskah. Tetapi ada juga ilustrasi yang berdiri sendiri karena naskah sudah dapat bercerita.
Meggambar teknik adalah menggambar dengan bantuan peralatan mistar yang mempunyai tujuan merekonstruksi objek yang memiliki nilai proyeksi dan perspektif.
Menggambar ornament memiliki tujuan menghias pada benda lain sehingga menambah keindahan. Adapun motif-motif yang dipakai adalah bentuk tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia yang di gayakan (deformasi) menjaid hiasan dan bentuk geometris.
Finger painting merupakan bentuk cara melukis dengan menggunakan jari jemari langsung tanpa menggunakan alat kuas, palet dan lain-lain.
Kegiatan Belajar 2
Mencipta Karya Seni Rupa Trimatra
Bentuk karya seni rupa trimarta memiliki tiga ukuran, yaitu panjang, lebar, dan volume/ isi. Sehingga karya trimarta dapat dilihat dari segala arah. Contoh: patung, maket, taman, dan bangunan.
Membuat karya seni rupa tiga dimensi membentuk dengan media tanah liat, langkah awalnya membuat bentuk global kemudian dikeruk sedikit demi sedikit menggunakan sudip kemudian ditekan-tekan agar sesuai dengan keinginan menggunakan butsir.
Membentuk dengan menggunakan media keras (batu, kayu, tembaga) menggunakan teknik pahat dan ukir.
Membentuk dengan media lunak tetapi tidak memiliki daya rekat/lunak (semen, gibs, plastic, tembaga) menggunakan cor.
Kegiatan Belajar 3
Menyusun Tugas Mencipta Karya Seni Rupa untuk Anak SD
  1. Baik menggambar maupun membentuk bagi anak mempunyai kedudukan yang sama, oleh karenanya dapat digunakan secara kolaboratif (menjadi satu tugas) atau pun sendiri-sendiri sesuai dengan aspek yang dikembangkan.
  2. untuk mengembangkan materi pelajaran, seorang guru sebaiknya memahami kebutuhan dasar berdasarkan aspek terlebih dahulu serta dikaitkan dengan kompetensi yang akan dicapai.
  3. teknik dan bahan berkarya sangat luwes, dapat diperoleh dari bahan serta medium standar maupun kreasi. Pada hakekatnya berkarya seni rupa dapat didekati dengan teknik bermain, oleh karenanya guru dapat melakukan banyak eksperimentasi bahan, misalnya:
-menggambar langsung dikertas dengan pensil, krayon, cat.
-menggambar dengan menumpangi kertas dengan lilin, krayon yang berminyak kemudian diselesaikan dengan cat air.
-menggambar menoreh/menggores; kertas yang diwarna dengan krayon ditumpang lagi dengan pastel kemudian ditoreh/gores sehingga muncul warna latarnya.
-Menggambar dengan jari-jari langsung, tentu saja cat air yang dipekatkan dengan bahan lem cair.
-mengubah, menumpangi gambar yang termuat dikoran kemudian diubah bentuknya (bukan mewarna)
-Meniup berwarna cair diatas kertas
-mengibaskan warna cair yang sudah dituangkan di atas kertas
-Menera (mencetak) dengan berbagai macam klise; cukil atau bahan yang sudah jadi; daun basah, benang, lipatan dst.
-menata ruangan
-menggambar kotak bekas, batu, atau gerabah atau kaleng bekas

seni rupa

APRESIASI SENI RUPA ANAK


Apresiasi Seni Rupa Anak
Kegiatan Belajar 1
Manfaat Belajar Seni bagi Anak Usia SD
  1. Rasa seni seseorang hadir sejak ia dilahirkan walaupun kualitas rasa seni setiap orang tidak sama. Hal ini dapat diketahui melalui bersolek bermain dengan teman-teman tertentu, mencoret-coret ditanah. Karena setiap orang mempunyai naluriah seni maka diperlukan pendidikan seni disekolah.
  2. Dalam proses berkarya seni antara pikiran dan perasaan anak usia dini masih bercampur. Mereka belum bias membedakan makna berpikir dengan merasakan, semua menyatu dalam kegiatan yang bersifat refleksi.
  3. Proses komunikasi yang terjadi pada anak yang sedang berseni adalah komunikasi intrapersonal, yaitu dirinya menjadi pusat pandangan kejadian sehari-hari yang memunculkan pemikiran personal atau ke “aku”an.
  4. Pada usia 7 sampai 8 tahun merupakan usia perkembangan penalaran anak,yaitu perasaan dan pikiran mulai berkembang memisah.
  5. Hakikat belajar seni rupa yang mengutamakan breaktifitas mencipta, menuangkan ide, imajinasi sebagai pembinaan cipta. Mengamati, merasakan dan mengapresiasi objek fisik maupun gerak adalah pembinaan rasa. Sedangkan berkarya dengan baik, tepat bentuk, keterampilan mencipta adalah pembinaan karsa.
Kegiatan Belajar 2
Karakteristik Seni Rupa Anak
Melukis bagi anak merupakan kegiatan berimajinasi yang dituangkan pada bidang datar, tetapi menggambar bagi anak hampir sama dengan melukis, sebab agak sulit dibedakan antara menggambar dan melukis pada karya seni rupa anak. Namun bagi orang dewasa menggambar adalah merekain bentuk benda alam atau yang lain kebidang datar dan dinyatakan sesuai dengan apa adanya, sedangkan melukis mengekspresikan objek yang kemudian diolah oleh pikiran estetisnya kemudian diungkapkan pada bidang datar.
Cirri umum lukisan anak: heroism, lukisan yang selalu menggambarkan kepahlawanan, kepatriotan; dekoratif, ditandai dengan munculnya bentuk-bentuk konstruktif yang berupa garis yaitu banyak menggunakan garis apbila menggunakan warna cenderung dengan warna blok yang memiliki nuansa sedikit gaya komik, gaya lukisan anak dengan memanfaatkan cinta lebih dahulu atau anak sambil asyik menggambar sambil bercerita sehingga gambar ini sudah mirip dengan cerita; gaya patut, yaitu suka menggambarkan wajah seseorang yang merupakan tokoh idolanya atau tokoh yang sering bergaul dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Belajar 3
Periodisasi Gambar Anak
1 . Berseni bagi anak merupakan perilaku yang wajar, dikerjakan oleh anak setiap hari dalam kapasitas yang variatif. Seni bermanfaat ganda bagi anak:
  1. Seni sebagai bahasa visual,artinya seni berfungsi sebagai alat mengutarakan pendapat, dan ungkapan perasaan: duka-sedih, gembira-senang, keinginan dan gambaran masa depan, serta mencatat peristiwa yang pernah dialami.
  2. Seni membantu pertumbuhan mental, artinya seni dapat digunakan untuk melatih pikiran, imajinasi,penalaran, perasaan, keindahan, social, agama, maupun toleransi yang bersifat apresiatif.
  3. Seni membantu belajar bidang studi lain, artinya melalui seni anak akan terasah visual intelegensinya sehingga mudah mengungkap hal yang visual, disamping melatih imajinasi untuk belajar sejarah dan melatih belajar komprehensif dengan latihan menggambar suasana.
  4. Seni sebagai media bermain, artinya mengembangkan belajar melalui permainan seni, dengan seni anak akan mempunyai kesenangan bermain yang positif.
2 . Seni rupa anak mempunyai karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa; anak melukis merupakan kebutuhan kedua setelah makan dan minum. Melukis sama dengan menggambar karena proses berkarya anak belum stabil. Sedangkan tema lukisan anak bermacam-macam, mulai dari tema lingkungan disekitar anak, tema yang pernah dialami, kejadian yang menimpa anak, pikiran masa depan, film, gambaran masa depan, dan cerita kepahlawanan.
3 . Walaupun demikian lukisan anak mempunyai cirri umum; cirri ini bersifat variatif. Artinya cirri tersebut kadangkala terdapat pada lukisan anak, namun tidak terdapat pada lukisan anak yang lain. Ciri tersebut adalah: (a) tema berupa wiracarita, komik,potret; (b) sedangkan komposisi:juxta position, folding over, rabatement, X-ray stereotype; kemudian (c) tipe gambar: haptic, non haptic, dan willing type.
4 . Ternyata cirri umum lukisan anak juga di pengaruhi oleh perkembangan setiap tahapnya. Gambar anak dapat dikategorisasikan menjadi: (a) masa coreng moreng pada usia 2-4 tahun, ditandai dengan gambar yang masih belum stabil. Anak member judul belum tetap dan kadangkala gambarnya  pun masih manusia tulang, (b) masa prabagan usia 4-7 tahun, masih melanjutnya manusia tulang, namun sebagian sudah memberi pakaian dan menandainya dengan bentuk rambut, pakaian serta property. (c) masa bagan usia 7-9 tahun, anak sudah mampu membedakan dengan jelas jenis kelamin dalam gambarnya. Namun belum menunjukkan konsep yang matang tentang judul terhadap bentuk gambar. Pada usia tertentu anak masih bersifat stereotype. (d) masa realisme awal usia 9-11 tahun ini anak mampu mengungkapkan persepektif, namun belum sempurna. Hal ini disebabkan masa egoisme masih kuat sehingga komposisi gambar berupa juxta dan rabantment; dan (e) masa realisme semu, anak mampu mengemukakan detail gambar sesuai dengan posisi; gambar potret dan gambar manusia mulai dilakukan dengan mengidentifikasi karakter jenis kelamin, namun anak kesulitan menggambar perspektif.
 
Copas miLik :

Kamis, 28 Maret 2013

CeMburu Ini MembuNuhKu


AKU CEMBURU...
Cemburu pada tawamu saat memandang layar itu
Lepas tanpa beban...
AKU CEMBURU...
Cemburu pada perhatianmu yang tak pernah jauh dari layar itu
fokus seolah tak ada hal lain yang jauh lebih penting.
AKU CEMBURU...
Pada gambar yang kau tatap tanpa berkedip....
Apa kau tak memandangku yang sedari tadi resah mengamati tingkah lakumu.
Aku tak mungkin sanggup bersaing dengannya
Bahkan akupun tak tau bagaimana dia bisa menyita perhatianmu.
Sayang aku sungguh tak ingin jadi yang kedua....
berbagi perhatianmu,
Sayang...
Sungguh Cemburu ini membunuhku....

Minggu, 24 Maret 2013

KONSEP PENDIDIKAN IPS DAN KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS DI SD


A.    Pengertian IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1.      Ilmu Sosial (Sicial Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
2.      Studi Sosial (Social Studies).
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar.
3.      Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
B.     Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah. Pengembangan Pendidikan IPS SD 1 - 9
Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
1.      Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2.      Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
3.      Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4.      Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5.      Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yangn dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum SD, IPS berganti nama menjadi Pengetahuan Sosial. Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
C.     Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
1.      Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2.      Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3.      Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.
IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada haikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1.      Siapa diri saya?
2.      Pada masyarakat apa saya berada?
3.      Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?
4.      Apa artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?
5.      Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju kedewasaan.
D.    HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya Anda dapat mencermati contoh berikut ini.
ü  Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara Jawa.
ü  Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, da tanaman hias.
ü  Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah pegunungan.
Aspek pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek politik
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek:
1.      hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi
2.      ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi
3.      psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi
4.      budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi
5.      sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah
6.      geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi
7.      politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik
E.     Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu: membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1.      mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2.      mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
3.      membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4.      meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu
1.      Pengetahuan dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
2.      Sikap belajar
IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
3.      Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadapa perkembangan nilai-nilai dan sikap anak.
4.      Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.
5.      Karakteristik Pendidikan IPS SD
Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
F.     Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
1.      Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
2.      Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
3.      Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
4.      Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
5.      Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
G.    Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya  anak sudah matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.
1.      Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2.      Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3.      Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar lingkungnnya.
2.      Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3.      Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat
4.      Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang penting/bermakna
5.      Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1.      Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
a.       Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b.      Suka memuji diri sendiri
c.       Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting
d.      Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya
e.       Suka meremehkan orang lain
2.      Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a.       Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b.      Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c.       Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d.      Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.