Kamis, 12 September 2019

PANCASILA TRISILA EKASILA


Selain Muh Yamin dan Soepomo, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar negara, di antaranya adalah Ir Sukarno. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila.Namun masyarakat bangsa indonesia ada yang tidak setuju mengenai pancasila yaitu Ketuhanan, dengan menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.Lalu diganti bunyinya menjadi Ketuhanan Yg Maha Esa. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila. (Wikipedia)
Pada tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan usulan dasar Negara  Indonesia, yang berisikan lima dasar negara Indonesia. Atau  yang dikenal dengan sebutan Pancasila. Namun pada dasarnya,  Soekarno tidak hanya menyampaikan satu usulan saja, melainkan tiga usulan yang dikenal dengan Pancasila, Trisila,  dan Ekasila. Soekarno mengusulkan lima dasar Negara diperas menjadi tiga  (Trisila), yakni:
1.      Sosio Nasionalisme: mengandung prisip kebangsaan dan perikemanusiaan yang menegaskan pentingnya hubungan antar bangsa atau dasar kemerdekaan dan keadilan yang sesungguhnya.
2.      Sosio Demokrasi:  menegaskan tegaknya keadilan social sebagai syarat terciptanya kesejahteraan social
3.      Ketuhanan yang berkebudayaan:  menegaskan tidak boleh ada deskriminasi antar umat beragama, baik agama yang diakui UUD 1945, maupun yang tidak diakui. Karena sebagai makhluk ciptaan tuhan dan mengakui adanya tuhan, seharusnya untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan agama satu dengan yang lain.
Dalam bentuk yang lebih sederhana lagi, Soekarno menawarkan memeras Trisila menjadi satu (Ekasila) yaitu gotongroyong. Gotongroyong mengandung arti bahwa hidup tolong menolong dalam tradisi masyarakat Indonesia, tidak hanya merupakan wujud keterikatan social antar satu dengan yang lain, tetapi lebih dari itu memiliki makna religius spiritual yang sakral.
Pada dasarnya Pancasila, Trisila, dan Ekasila memiliki esensi yang sama. Untuk menyederhanakan isi dari Pancasila, Soekarno menawarkan Trisila agar lebih mudah memahaminya, Soekarno menawarkan Ekasila (gotong royong), yang didalamnya mengandung unsur-unsur dan makna yang sama dengan Pancasila dan Trisila.
Selain untuk tujuan menyederhanakan Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila agar mudah dipahami, Soekarno memiliki tujuan lain dalam melakukan pemerasan tersebut. Adalah agar tujuan revolusi untuk Indonesia dapat tercapai. Tujuan revolusi tersebut ialah Indonesia dapat berdikari (berdiri dikaki sendiri).

Alasan lain Soekarno melakukan pemerasan tersebut ialah karena banyaknya suku-suku di Indonesia. Sehingga tidak ada ambigu dari berbagai suku tersebut. Maka dilakukan pemerasan nilai-nilai Pancasila menjadi Trisila, kemudian Trisila menjadi Ekasila yang artinya lebih sederhana lagi yaitu gotong royong.