Proses Membaca dan Menulis Permulaan
pada Anak SD di Kelas Rendah
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Rendah
oleh
Wahyu Dwi Prastuti
1401411535
Dosen Pengampu : Drs.
Suwandi, M.Pd
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Membaca
permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu
guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar
harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran
membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain.
Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
Tujuan membaca
permulaan di kelas I adalah agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat
sederhana dengan lancar dan tepat. Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada
tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru
yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang
strategis dalam meningkatkan ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis
tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar,
dan organisator dalam proses pembelajaran. Guru yang berkompetensi tinggi akan
sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli. Sedangkan
menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis,
melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus. Dengan
menulis secara terus-menerus dan latihan yang sungguh-sungguh, keterampilan
tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan itu juga bukanlah suatu
keterampilan yang sederhana, melainkan menuntut sejumlah kemampuan. Betapapun
sederhananya tulisan yang dibuat, penulis tetap dituntut memenuhi persyaratan
seperti yang dituntut apabila menulis tulisan yang rumit.
Berdasarkan
penelitian selama ini alokasi waktu pembelajaran membaca dan menulis di
sekolah-sekolah yang salah satunya di SD, relatif lebih kecil. Hal ini
berdampak pada keterampilan mereka belum maksimal sehingga setelah para siswa
menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan belum mampu menggunakan keterampilan
berbahasa secara baik dan benar. Oleh karenanya, kami akan membahas lebih
lanjut tentang proses membaca dan menulis permulaan pada anak SD dikelas
rendah.
2. Tujuan Penuliasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
- Untuk mengetahui proses membaca dan menulis pada anak SD dikelas rendah.
- Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Rendah
3. Alasan Pembahasan Masalah
a.
Mengetahui pengertian membaca permulaan.
b.
Mengerti tentang pembelajaran membaca permulaan.
c.
Metode-metode membaca permulaan.
d.
Mengetahui pengertian menulis permulaan.
e.
Metode dan pembelajaran menulis permulaan.
4. Rumusan masalah
“Bagaimana proses membaca dan menulis permulaan
pada anak SD dikelas rendah?”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca
permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori
keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara
mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses
recoding dan decoding. Membaca merupakan suatu proses yang
bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan
membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca
mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan
bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya
menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata,
dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu,
pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris
tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya
diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge
of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan
dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.
Menurut La Barge dan Samuels proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu :
a.
visual memory (vm),
b.
phonological memory (pm), dan
c.
semantic memory (sm).
Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata
dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya.
Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,
sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut
juga dalam bentuk kata, dan kalimat.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum
memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam
tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.Membaca pada
tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan
itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu
kemampuan membunyikan:
a.
lambang-lambang tulis,
b.
penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
c.
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan
dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan
lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan
lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
B. Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran
memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan
merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan
sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan
tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan
tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung
dalam tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading
to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada
tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan,
telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun
terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi
bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca
permulaan.
C. Metode-metode Membaca Permulaan
Metode adalah
cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud
cara mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah
pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar
siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan
bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai
metode yang dapat dipergunakan , antara lain :
1.
metode abjad;
2.
metode bunyi;
3.
metode kupas rangkai suku kata;
4.
metode kata lembaga;
5.
metode global; dan
6.
metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).
a.
Metode abjad dan metode bunyi
Menurut
Alhkadiah,kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas,
misalnya:
Metode
abjad
: bo-bo-bobo
la-ri-lari
Metode
bunyi
: na-na-nana
lu-pa-lupa
b.
Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga
Kedua metode ini
menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya:
Metode kupas rangkai suku kata
: ma ta-ma ta
pa pa-pa pa
Metode kata
lembaga
: Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
c.
Metode global
Metode global
timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang
berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada
jumlah bagian-bagiannya.Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk
dibaca.
d.
Metode SAS
Metode ini
dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.Mengenai itu,
Momo(1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1.
Tahap tanpa buku, dengan cara:
ü Merekam bahasa siswa
ü Menampilakn gambar sambil bercerita
ü Membaca gambar
ü Membaca gambar dengan kartu kalimat
ü Membaca kalimat secara struktual (S)
ü Proses Analitik (A)
ü Proses Sintetik (S)
2.
Tahap dengan buku, dengan cara:
ü Membaca buku pelajaran
ü Membaca majalah bergambar
ü Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
ü Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
ü Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa
anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa
metode SAS ini dipandang baik adalah:
- Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
- Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
- Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan metode SAS, yaitu:
- Kurang praktis
- Membutuhkan banyak waktu
- Membutuhkan alat peraga
D. Pengertian Menulis Permulaan
Menulis adalah
melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang,membuat surat) dengan
tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993:968) menurut pengertian ini menulis
merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan.
Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan
yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).
Dari pengertian
menulis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses
mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
E. Metode dan Pembelajaran Menulis Permulaan
a.
Metode Eja
Metode eja di
dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai
dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu
pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan
pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai
berikut:
1.
Menulis huruf lepas
2.
Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
3.
Merangkaikan suku kata menjadi kata
4.
Menyusun kata menjadi kalimat
b.
Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Mengenalkan kata
2.
Merangkaikan kata antar suku kata
3.
Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
4.
Menggabungkan huruf menjadi kata
c.
Metode Global
Metode global
memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara
utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata,
menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).
d.
Metode SAS
Menurut
(Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita
di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik.
Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan
yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis
dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa
dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan
menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara
sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa
menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti
(Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan
sebagai berikut:
a)
Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b)
Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c)
Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur
semula.
Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan
dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik.
BAB III
PENUTUP
1.
Simpulan
Membaca
merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat
fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual,
pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya.
Sedangkan menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulisan.
Dalam
pembelajaran membaca permulaan, ada 6 metode yang dapat dipergunakan , antara
lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4)
metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik
Sinteksis (SAS). Sedangkan dalam
pembelajaaran menulis permulaan ada 4 metode yang dapat diterapkan, yaitu (1)
metode eja (2) metode kata lembaga (3) metode global dan (4) metode SAS.
Dari semua
metode yang ada, metode yang paling efektif diterapkan untuk proses
pembelajaran membaca dan menulis pada anak SD dikelas rendah adalah metode SAS,
yaitu suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya
terkandung unsur analitik sintetik. Namun metode SAS ini juga mempunyai
beberapa kelemahan, yaitu:
- Kurang praktis
- Membutuhkan banyak waktu
- Membutuhkan alat peraga
2.
Saran
Dalam proses
pembelajaran membaca dan menulis permulaan dikelas 1 SD hendaknya guru dapat
menerapkan metode SAS.
DAFTAR PUSTAKA