Selain Muh Yamin dan Soepomo, beberapa anggota BPUPKI juga
menyampaikan usul dasar negara, di antaranya adalah Ir Sukarno. Usul ini
disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari lahir
Pancasila.Namun masyarakat bangsa indonesia ada yang tidak setuju mengenai
pancasila yaitu Ketuhanan, dengan menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.Lalu diganti bunyinya menjadi Ketuhanan Yg Maha Esa. Usul
Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar
negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah
yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti
lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muhammad Yamin)
yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut
dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila. (Wikipedia)
Pada
tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan usulan dasar Negara
Indonesia, yang berisikan lima dasar negara Indonesia. Atau yang
dikenal dengan sebutan Pancasila. Namun pada dasarnya, Soekarno tidak
hanya menyampaikan satu usulan saja, melainkan tiga usulan yang dikenal dengan
Pancasila, Trisila, dan Ekasila. Soekarno mengusulkan lima dasar Negara
diperas menjadi tiga (Trisila), yakni:
1. Sosio
Nasionalisme: mengandung prisip kebangsaan dan perikemanusiaan yang menegaskan
pentingnya hubungan antar bangsa atau dasar kemerdekaan dan keadilan yang
sesungguhnya.
2.
Sosio
Demokrasi: menegaskan tegaknya keadilan social sebagai syarat terciptanya
kesejahteraan social
3. Ketuhanan
yang berkebudayaan: menegaskan tidak boleh ada deskriminasi antar umat
beragama, baik agama yang diakui UUD 1945, maupun yang tidak diakui. Karena
sebagai makhluk ciptaan tuhan dan mengakui adanya tuhan, seharusnya untuk
saling menghargai dan menghormati perbedaan agama satu dengan yang lain.
Dalam
bentuk yang lebih sederhana lagi, Soekarno menawarkan memeras Trisila menjadi
satu (Ekasila) yaitu gotongroyong. Gotongroyong mengandung arti bahwa hidup
tolong menolong dalam tradisi masyarakat Indonesia, tidak hanya merupakan wujud
keterikatan social antar satu dengan yang lain, tetapi lebih dari itu memiliki
makna religius spiritual yang sakral.
Pada
dasarnya Pancasila, Trisila, dan Ekasila memiliki esensi yang sama. Untuk
menyederhanakan isi dari Pancasila, Soekarno menawarkan Trisila agar lebih
mudah memahaminya, Soekarno menawarkan Ekasila (gotong royong), yang didalamnya
mengandung unsur-unsur dan makna yang sama dengan Pancasila dan Trisila.
Selain
untuk tujuan menyederhanakan Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila agar mudah
dipahami, Soekarno memiliki tujuan lain dalam melakukan pemerasan tersebut.
Adalah agar tujuan revolusi untuk Indonesia dapat tercapai. Tujuan revolusi
tersebut ialah Indonesia dapat berdikari (berdiri dikaki sendiri).
Alasan
lain Soekarno melakukan pemerasan tersebut ialah karena banyaknya suku-suku di
Indonesia. Sehingga tidak ada ambigu dari berbagai suku tersebut. Maka
dilakukan pemerasan nilai-nilai Pancasila menjadi Trisila, kemudian Trisila
menjadi Ekasila yang artinya lebih sederhana lagi yaitu gotong royong.